Minggu, 22 Desember 2019

[SHARING IMAN] Cerita Kekatolikkanku






Melanjutkan ceritaku beberapa waktu lalu.

Kembali lagi ke tempat dimana imanku bermula.

Flashback hari-hari awal mengenal kekristenan sebagai seorang katolik.
Aku memang tidak asing dengan figur seorang Yesus, dari cerita-cerita sekolah minggu yang selalu kuikuti bersama temen2 waktu kecil.

Namun waktu itu hanya Yesus sosok yang dikenalkan padaku.

Disini aku mulai berkenalan dengan sosok penting lainnya yang menemani Yesus.
Bunda Maria, awalnya aku masih ragu tentang Bunda Maria yang tidak pernah aku kenal ini, yang kisahnya terbatas sebagai bunda Yesus namun akhirmya aku makin mengerti dan bahkan sempat heran mengapa sosok sepenting ini tidak diperkenalkan.

Bunda Maria dan doa Rosario adalah mukjizat. Makin mengenal Bunda Maria makin aku bergantung pada doa-doa rosario, tidak akan mudah untuk dimengerti bahkan dengan nalar sekalipun dan aku juga tak akan berusaha mencari pengertian untuk misteri itu, yang pasti aku selalu mengatakan pada diri sendiri, perantaraan seorang ibu ke anaknya adalah jaminan paling hebat.

Menjadi seorang katolik mudahkah? Bagiku gampang-gampang susah. Ya mungkin karena aku melewati berbagai hal dalam perjalanan imanku menjadi katolik, dari sakramen baptis dan sakramen ekaristi yang dilaksanakan bukan berbarengan dengan teman-teman seangkatanku melainkan dengan angkatan calon pengantin, hal ini disebabkan ketika itu kami (aku, mama dan adikku) harus kembali berkumpul dengan papa di Malaysia lebih awal.

Lalu sakramen Krisma yang hampir tidak dapat aku ikuti di saat2 terakhir karena di surat baptisku tidak tertera tanggal penerimaan sakramen ekaristi ku (karena dilangsungkan bersamaan di Jakarta) untungnya aku sempat diberikan foto oleh guru pemimbingku ketika menerima sakramen ekaristi pertamaku hingga bisa menjadi bukti otentik.
Semua itu hanya sekelumit kisah awal imanku menjadi seorang katolik.

pada kesempatan lain waktu aku pasti akan membagikan lagi kisahku sebagai seorang katolik.

~ Salam Penulis ~
Selvestra 

Sabtu, 26 Oktober 2019

[RENUNGAN] Prayers Change Everything




“Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang” (Amsal 23:18)

Aku menemukan ayat ini secara tidak sengaja saat sedang membaca sebuah renungan harian pada salah satu website religi. Ayat ini sungguh sangat cocok dengan apa yang selama ini telah menjadi prinsip hidupku “Selama masih hidup, harapan itu selalu ada” Aku selalu berpegang pada prinsip itu karena aku yakin bahwa seberat apapun masalah yang kita hadapi, Tuhan selalu memberikan jalan bagi kita. Tuhan pasti akan mendampingi kita dan tidak meninggalkan kita. Tetapi, kitalah yang bahkan terkadang telah melupakan bahwa Tuhan itu ada bersama kita sehingga kita mengandalkan kekuatan sendiri sebagai manusia dan tidak meminta bantuan dari Bapa Surgawi kita. Luk 11:9 mengatakan bahwa “Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu” Jadi janganlah ragu untuk berdoa kepada Bapa di Surga; Mintalah pertolongan padanya karena niscaya hal itu akan datang padamu.
Kita sebagai manusia hanyalah terdiri dari daging dan sifat kedagingan itu tidak hilang dari kita. Terkadang kita ada rasa lelah dalam menjalani hidup ini. Kita merasa hidup ini berat dan merasa bahwa Tuhan tidak adil pada kita. “Rumput tetangga terlihat lebih hijau”. Kita melihat kehidupan milik orang lain. “Mengapa mereka hidup selalu dilancarkan, sedangkan saya selalu banyak halangan?” “Mengapa mereka hidupnya tidak kesulitan ekonomi dan begitu mudah untuk mendapatkan uang, sedangkan saya harus kerja keras untuk makan hari ini?” “Mengapa mereka bisa sering jalan-jalan keluar negeri?” dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan yang sering timbul karena rasa iri hati terhadap orang lain. Pertanyaan ini akan selalu timbul selama kita selalu memandang keatas. Seharusnya kita memandang ke bawah. Kita melihat orang-orang yang mungkin tidak beruntung dibandingkan kita. Hal ini akan membuat kita untuk lebih bersyukur atas apa yang telah kita peroleh dari Bapa. Seharusnya pernyataan yang timbul dalam hati kita adalah “Terima kasih Tuhan karena Engkau telah memberikanku kesempatan untuk tetap hidup hari ini” “Terima kasih Tuhan karena aku masih diberikan rezeki yang cukup hari ini sehingga aku dapat makan.” “Terima kasih Tuhan karena aku masih memiliki pekerjaan” Dengan bersyukur atas Rahmat yang Tuhan berikan dan kita percaya bahwa Tuhan telah memberikan rancangan indah untuk kita sebagai anak-anakNya, yakinlah bahwa hal itu akan datang. Karena Bapa selalu menginginkan anak-anakNya hidup bahagia.
Dengan adanya masalah dalam hidup kita, kesulitan apapun itu Tuhan akan memberikan jalan jika kita tetap berdoa. Bacaan pada Minggu ini mengatakan bahwa “Doa orang miskin menembusi awan” Orang-orang yang mengalami kekurangan dalam hidupnya, akan terus berdoa tidak jemu-jemu sampai Tuhan akhirnya akan mendengar. “Tuhan berkenan kepada siapa yang dengan sebulat hati berbakti kepada-Nya, dan doanya naik sampai ke awan” (Sir 35:16) Jadi, janganlah lelah untuk terus berdoa, karena doa akan mengubah segala sesuatu yang buruk menjadi indah.

Salam Penulis,

Victoria Souw

Kamis, 16 Mei 2019

[SHARING IMAN] Rendah Hati


Sering kali dalam dunia bisnis kita ingin sekali mendapatkan keuntungan yang besar. Bahkan tidak jarang dari kita ketika mendapatkan supplier yang bagus dengan harga yang bersahabat kita memuji supplier tersebut. Tapi sebenarnya terkadang tanpa disadari dalam diri sendiri ketika ada suatu masalah seringkali berpandangan negatif terhadap orang lain. Hal ini kita seperti menjilat kembali air liur kita.

Ada sebuah yang terjadi mrip seperti penjelasan di atas. Anak seorang pemilik Toko X menemukan seorang supplier barang yang sedang laris di jaman sekarang. Awal perkenalan mereka sangat baik, bahkan hubungan mereka sangat dekat. Tetapi, tidak berjalan lama si supplier mengadakan perubahan aturan untuk penjualan mereka. Dan Si pemilik toko marah atas adanya perubahan peraturan penjualan tersebut. Pemilik toko berasumsi macam – macam tanpa mendengarkan terlebih dahulu alasan perubahan dan tidak mementingkan kepentingan sang supplier. Atau dengan kata lain bersikap egois. Seharusnya yang harus dilakukan si pemilik toko adalah mau mendengarkan terlebih dahulu alasan dari supplier mengapa perubhan itu terjadi. Sebab dalam sabda-Nya kita diajarkan untuk bersikap rendah hati dan tidak sombong. Seperti yang tercantum dalam Ef 4:2 “Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu”

Maka dari itu hendaklah teman-teman yang terkasih dalam Tuhan selalu mengingat ajaran-Nya untuk selalu memiliki kasih dan rendah hati dalam hal apapun baik itu pekerjaan ataupun dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.


Salam penulis

TRI HARI SUCI

1 bulan sudah berlalu sejak Pekan Suci dan syukur kepada Allah kami ucapkan karena telah melaksanakan tugas-tugas selama Pekan Suci tersebut dengan baik dan lancar. Mulai dari Minggu Palma sampai Hari Minggu Paskah. Semua anggota kategorial saling bekerja sama satu sama lain pula dalam mendokumentasikannya. Pada Ibadat Jumat Agung anggota Lektor diberikan kesempatan kembali untuk menyanyikan Passio Kisah Sengsara Tuhan Yesus pada Ibadat pukul 18.00. Walaupun kami masih jauh dari sempurna, namun para petugas Passio sudah bekerja keras berlatih selama 6 bulan dibawah bimbingan Sdri Fang-Fang. Berikut ini adalah rekaman video Passio Ibadat Jumat Agung pk 18.00..
==> https://www.youtube.com/watch?v=Fpsq8vvmtBk&t=65s


Berikut ini video dokumentasi untuk Tri Hari Suci.

===> https://www.youtube.com/watch?v=-B39-ICzKbM&t=2s

Kamis, 18 April 2019

Makna Kamis Putih



Hari ini kita Umat Katolik mulai memasuki Tri Hari Suci yang pertama yaitu Kamis Putih. Apakah yang kita rayakan pada hari Kamis Putih ini? Pada Kamis Putih ini kita mengenang malam sebelum Tuhan Yesus akan ditangkap dan disalibkan pada keesokan harinya. Pada Misa Kamis Putih ini, ada pembasuhan kaki... dimana mengenang Tuhan Yesus yang membasuh kaki para muridnya. Mengapa Tuhan Yesus sampai bersedia membasuh kaki murid-muridNya yang mungkin dianggap lebih rendah kedudukannya daripada Yesus sendiri. Itu karena Yesus memiliki sikap rendah hati. Kita diajarkan untuk dapat berendah hati seperti Tuhan Yesus. Rendah hati sendiri dalam bahasa Inggris adalah "humility" yang berasal dari bahasa latin yaitu "humus" yang artinya adalah "bumi". Humus sendiri berarti seperti daun-daun yang jatuh ke tanah. Jadi kalau orang mau merendahkan hati, orang harus mau merendahkan diri seperti daun-daun tersebut yang jatuh ke tanah.

Ini adalah ungkapan bahasa cinta kasih Yesus kepada kita umat manusia melalui proses pembasuhan kaki. Karena kaki dilambangkan sebagai posisi yang berada paling bawah dari semua anggota tubuh kita. Kaki disini juga sebagai simbolis dimana maksudnya adalah kita diajak untuk merendahkan hati kita untuk mau melayani, tidak bersikap sombong kepada orang lain. Kita harus bisa bersikap rendah hati kepada siapapun dan dimanapun. Karena itulah bahasa kasih juga harus kita pelajari. Supaya kita semakin terampil untuk berbahasa kasih kepada sesama. Marilah kita mulai belajar bahasa kasih dan mau membasuh kaki seperti yang telah dilakukan Tuhan Yesus. 

Cr : Homili Rm Agustinus Purwantoro, SJ

Minggu, 14 April 2019

Minggu Palma


Hari ini adalah hari Minggu Palma mengenang sengsara Tuhan Yesus. Ini adalah perenungan pekan terakhir hidup Yesus setelah sepanjang hampir 40 hari ini kita merenungkan penderitaan dan kebangkitan Yesus. Di Minggu Palma inilah kita mengenang peristiwa Yesus memasuki kota Yerusalem. Yesus memasuki kota Yerusalem dengan menunggangi seekor keledai. Keledai sendiri melambangkan kesederhanaan. Yesus adalah pemimpin yang menghamba. Yesus datang dalam kesederhanaan ke Yerusalem. Bahkan Keledai yang ditungganginya adalah sebuah pinjaman. Dia membutuhkan pinjaman dari kemurahan hati manusia. Itu sebabnya pada Lukas 19:31, selanjutnya Yesus berkata : "Dan jika ada orang bertanya kepadamu: Mengapa kamu melepaskannya? Jawablah begini : Tuhan memerlukannya" Bukankah dengan pernyataan Yesus tersebut sesuatu yang paradoks saat Dia berkata : "Tuhan memerlukannya". Bagaimana mungkin Tuhan atau Kristus yang artinya Sang Penyelamat dan Maha Kuasa ini memerlukan pinjaman? Kisah tersebut mengungkapkan diri Kristus yang mau menghamba. Walaupun Kristus kaya dalam segala sesuatu di surga dan di bumi tetapi Dia nuga menyatakan dengam rendah hati Dia membutuhkan bantuan orang lain.
Pola hidup yang menghamba tidak berarti kita harus menjadi pribadi yang bermental hamba. Sebaliknya pola hidul yang menghamba dengan meneladani Yesus Kristus merupakan suatu kepemimpinan yang tepat namun rendah hati. Mengetahui banyak hal tetapi mau mendengarkan pendapat dan gagasan orang lain dengan hati yang lapang, memiliki inisiatif dan kreatifitas tinggi namun tidak pernah memaksa dan menekan sesamanya. Sehingga pada akhirnya mampu mewujudkan suatu relasi yang saling tergantung dan melengkapi.

Cr : Lonceng St Petrus Paulus

Minggu, 03 Maret 2019

[MONTHLY MEETING] Februari 2019



Pada bulan Februari di rapat kali ini kami mengadakan potluck dalam rangka hari kasih sayang atau Valentine's day dan Chinese New Year. Seperti biasa acara kali ini pun penuh dengan makanan dan keceriaan. Rapat memang hanya dilakukan sebulan sekali dan kami pun hanya berkumpul sebulan sekali,. Namun kekeluargaan yang terjalin diantara kami tetap kami jaga dan pelihara. Karena kami adalah satu keluarga.















Memasuki Masa Prapaskah




Sebentar lagi kita akan memasuki masa Prapaskah yang diawali dengan Rabu abu pada tanggal 6 Maret nanti. Adapun baiknya sebelum kita memasuki masa Prapaskah ini, kita mempersiapkan hati kita. Persiapkan diri kita dengan berpantang dan berpuasa terutama pada Rabu Abu dan Jumat Agung. Jika memang kita mampu, cobalah untuk melakukannya selama 40 hari. Prapaskah adalah masa dimana penuh dengan rahmat, masa kesempatan kita untuk lebih membuka hati kepada Tuhan. Tuhanlah yang selalu menyertai, membimbing serta menguatkan kita. Kita diajak untuk mengikuti Yesus lebih dekat dalam sengsara dan wafat-Nya demi keselamatan kita dan dunia.

Dalam masa Prapaskah, puasa, pantang dan doa disertai juga dengan perbuatan amal kasih bersama-sama dengan anggota Gereja lainnya. Ini adalah latihan bagi rohani kita agar dapat lebih dekat dengan Tuhan dan sesama.

Mengutip dari surat gembala Prapaskah 2019 “Kita berhikmat, bangsa bermartabat” pada hari ini, bahwa kita diharapkan bertumbuh menjadi pribadi-pribadi yang semakin berhikmat, maksudnya adalah kita semakin bertumbuh menuju kepenuhan hidup kristiani, kesempurnaan kasih dan kesucian. Hal ini dapat dilakukan dengan mengembangkan keutamaan-keutamaan dasar Kristiani, yaitu iman, pengharapan, dan kasih. Asul Pailis mengajak kita untuk  bersyukur atas iman kita, yaitu yakin bahwa Allah telah memberikan kepada kita kemenangan berkat Yesus Kristus. Kita diajak bertumbuh dalam harapan. Berharap bukan berarti sekedar menunggu, melainkan dalam segala hal berusaha yang terbaik, sambil percaya bahwa Allah yang telah memulai perkerjaan yang baik akan menyelesaikannya juga (Flp 1:6). Bertumbuh dalam kasih, memandang orang lain secara positif dengan tidak mengadili atau menyalahkan (Luk 6:41-42).

Jadi marilah kita menyambut masa Prapaskah ini dan bersiap diri serta hati yang murni agar pengorbanan Yesus Kristus tidak menjadi sia-sia bagi kita semua.

Sumber : Surat Gembala Prapaskah 2019 & Lonceng St Petrus Paulus Minggu 3 Maret 2019




Sabtu, 02 Februari 2019

[MONTHLY MEETING] January 2019


Rapat Pertama di Tahun 2019


1 tahun sudah terlewati lagi kami telah menjadi keluarga besar Lektor/tris St Petrus & Paulus, Mangga Besar. Waktu terus berputar dan kami sebagai satu keluarga akan terus berusaha tetap menjadi keluarga yang solid. Keluarga yang saling mendukung, penuh kasih dan bersama membangun komunitas (keluarga) menjadi lebih baik lagi. Walaupun duka mungkin telah menghampiri, sebagai satu keluarga itu yang akan membuat kami semakin erat.

Pada rapat pertama di tahun 2019 ini kami membukanya dengan mengadakan rapat di luar lingkungan gereja, yaitu di Kawasan Taman Impian Jaya Ancol. Rapat kali ini juga dalam rangka memperingati Tahun Baru 2019 dan diadakan juga acara tukar kado. Dengan ini kami berbagi kenangan manis bersama dan mendapatkan kado-kado yang unik dari teman-teman secara acak. Kami tidak tahu akan mendapatkan kado kepunyaan siapa. Jadi apapun yang kami telah terima merupakan barang yang mungkin saja kami butuhkan.

Berikut adalah suasana rapat yang dapat dilihat pada beberapa foto di bawah ini.
















[SHARING IMAN] B. A. M (Bersyukur Atas Masalah)

BAM ( Bersyukur Atas Masalah )



Senin 31 Januari 2019 adalah hari terakhir bulan Januari dan hampir menjadi akhir dalam hidup saya.
Kira-kira pukul 15.30, setelah melakukan beberapa meeting di Jakarta, saya pulang ke rumah di Cileungsi mengendarai sebuah motor. Cuaca saat itu hujan gerimis sehingga saya bersyukur selalu membawa jas hujan, sesuai nasehat mama. Setelah mengenakan jas hujan dan melepas sarung tangan, perjalanan berlanjut dan kondisi jalan sepi lancar. Saat tiba di sekitar jalan Jambore ( perbatasan Jakarta – Depok – Bogor ). Jalan ini terbagi dalam dua jalur,  saya meningkatkan kecepatan untuk menyalip sebuah mobil di depan. Pada saat posisi motor sudah mendekati mobil di depan, tiba-tiba mobil tersebut bergeser ke kanan menutup ruang untuk menyalip. Seketika itu juga ada mobil berwarna putih dari jalur berlawanan. Syukurlah saya sempat melihat mobil tersebut. Secara spontan, kecepatan motor mulai diturunkan agar tidak menabrak mobil di depan ataupun mobil putih dari arah depan. Karena jalan licin dan kondisi rem kurang maksimal, motor menjadi bergerak tidak stabil (oleng) ke kiri dan kanan. Saya tahu, pasti akan segera jatuh, tapi tidak tahu jatuh kiri atau kanan.

Saat kondisi oleng tersebut, ada suara spontan yang mengatakan “ Nanti jatuhnya setelah mobil putih lewat ya ! “.  Motor semakin oleng dan kondisi sudah mulai jatuh sekitar 45 derajat, dan sekilas sudah terlihat ban belakang mobil putih sudah melewati sisi kanan. Maka segera saya menjatuhkan diri ke kanan.

Saat jatuh, hal pertama yang ada di pikiran adalah, mengangkat motor. Sekilas pandangan mata melihat kaca spion kanan sudah retak. Ketika kepala motor sudah terangkat dari aspal, tiba-tiba kaca spion itu pecah sebagian mengenai tangan kanan. Bersyukur tangan kanan tidak lecet/ berdarah sama sekali. Seharusnya lecet terkena aspal dan pecahan kaca spion. Bersyukur juga kendaraan di belakang berhenti ( mungkin mereka berhenti saat melihat motor oleng di depannya ).

Bersyukur atas bantuan driver ojek online dan 2 warga sekitar motor berhasil dipindah ke pinggir jalan. Driver ojek online tersebut menawarkan saya minum dari botol minumnya untuk memulihkan kondisi badan setelah jatuh dari motor. Kemudian saya coba periksa badan baik-baik saja, ternyata tidak ada darah sama sekali. Bersyukur sekali, artinya tidak perlu ke rumah sakit. Kerusakan motor pasca jatuh tersebut adalah spion kanan  yang pecah dan gigi motor susah diganti ke posisi lain seperti gigi 2 atau 4. Posisi gigi motor saat jatuh adalah 3. Sejenak saya teringat kejadian pada tahun 2007 dimana saya mengalami kecelakaan motor tunggal di daerah sekitar Semanggi-Jakarta dan hampir di tabrak oleh bis di belakang. Syukur bis tersebut berhenti di saat yang tepat.

Tidak disangka pengendara mobil putih tersebut turun dan kaget melihat kondisi saya baik-baik saja dan mengatakan bila mobilnya tidak banting setir ke kiri, maka sudah pasti ada “kejadian” dan menasehati untuk tidak membalap. ( Dalam hati, saya sedang berusaha mengerem bukan membalap ).” Nasib kamu masih baik!”, begitu katanya.

Setelah tenaga mulai pulih, saya melanjutkan perjalanan naik motor menuju cileungsi. Dalam perjalanan saya melihat sebuah mobil sudah diangkat ke atas mobil derek. Perkiraan saya, kejadian kecelakaanya mungkin baru saja. Kaca mobil depan retak dan body depan hancur. Spontan saya berdoa “ semoga sopir dan penumpangnya sehat-sehat saja seperti saya yang sehat”.

Masih dalam perjalanan menuju rumah,saya ingin “menikmati bonus hidup” dengan mampir membeli ayam potong 2 ekor di mall sekitar cileungsi. Bersyukur masih ada uang di rekening dan bisa melakukan debit. Akhirnya tiba di rumah.
Satu ayat yang saya bagikan untuk kita semua adalah  2 Korintus 9:15   Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu!
Renungan yang saya bisa bagikan adalah:
1. Coba bila tidak ada suara spontan itu? Pasti saya tertabrak oleh mobil putih. Selesai sudah perjalaan saya di dunia.
2. Semakin diajarkan bersyukur atas masalah yang menimpa:
a. Untung timing jatuhnya tepat
b. Untung tangan tidak berdarah terkena pecahan kaca spion dan kena aspal
c. Untung kaki kanan tidak patah karena tertindih motor
d. Untung cuma sedikit lebam di kaki dan badan
e. Untung ada driver ojek online dan warga membantu
f. Untung diingatkan pengemudi mobil putih tersebut
g. Untung motor tidak mogok setelah kejadian
h. Untung saldo di rekening masih ada
i. Untung bisa tiba di rumah dengan selamat
Pertanyaan untuk yang membaca sharing ini:
1. Apakah kamu fokus pada “masalah” atau sudah bisa mengatakan “untung” ?
Ajakan untuk pembaca:
1. Selalu dekat bersama Tuhan karena Dialah pokok dan kita rantingNya. Keselamatan ada pada Tuhan khan?
2. Jadikan hidupmu sebagai berkat supaya siap bila suatu saat dipanggil Tuhan
3. Bersyukurlah senantiasa dalam segala masalah karena Tuhan selalu melindungimu. Amin.


Salam Penulis ,

F. X. Bambang Wijaya


Senin, 07 Januari 2019

[SHARING IMAN] Makna Kelahiran

Sebuah sharing iman saat Natal 2018 dan pergantian ke tahun 2019

Belum lama momen Natal kita rayakan sebagai umat Katolik. Tahun juga sudah berganti dengan tahun yang baru. Adakah yang berkesan sepanjang perjalanan hidup melewati dua peristiwa yang juga dirayakan dunia itu?
     Bagi saya secara pribadi, ada. Tiap tahun bersama keluarga, saudara, kerabat, dan semua relasi Kristiani termasuk sahabat-sahabat lektor dan lektris semua, saya merayakan Natal sebagai kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus, Sang Juru selamat. Tuhan lahir dalam diri semua manusia serta mempersatukan kita, dan itu terpatri dalam pikiran saya selama bertahun-tahun sebagai orang Katolik.
     Tapi Natal tahun kemarin jauh berbeda buat saya sendiri. Selama bertahun-tahun, saya sekedar mengikuti jejak kaum beriman untuk mempersiapkan hari raya dengan berdoa, mengikuti novena persiapannya, mengaku dosa, dan sebisa mungkin datang pada pertemuan Adven di wilayah. Itu semua memang dianjurkan, dan juga tidaklah salah.
     Dua momen berkesan datang dalam hidup saya pada Natal dan pergantian tahun ini. Siang ini, saya merenungkan kebahagiaan seorang teman sekolah yang baru saja mendapat hadiah spesial dari Tuhan dengan kehadiran seorang bayi mungil sebagai anak kedua mereka. Kelahiran yang juga membahagiakan satu grup WA (WhatsApp) reuni kelas kami itu terjadi tepat tengah hari pada tanggal 31 Desember kemarin.
     Di grup kami, teman saya menceritakan kalau sebenarnya dirinya bersama si istri merencanakan kelahiran buah hati tepat di hari Natal. Tapi karena (katanya) berat calon bayi belum memenuhi, jadinya diundur ke hari terakhir tahun 2018 kemarin. Jadi, sudah pasti sepanjang 31 Desember hingga 1 Januari ini, grup kami banyak ucapan selamat kelahiran anak baru, termasuk dari saya sendiri.
     Kenapa saya merenungkan peristiwa ini?
     Teman sekolah saya menunda kelahiran bayinya hingga akhir tahun. Itu sudah menjadi rencana mereka, tapi hari lahirnya ya ditentukan oleh Tuhan. Hal yang sama juga ‘terjadi’ pada diri saya. Saya memang masih singel, tapi Tuhan memberikan ‘anak’ kepada saya dalam bentuk lain. Dia memang sungguh Sang Maha Adil. Sang ‘anak’ pemberian Tuhan ini tanpa saya duga bisa lahir persis pada hari peringatan dunia akan kelahiran-Nya sebagai manusia biasa, alias ya Natal.
     Berbeda dengan istri teman saya yang pasti merasakan penderitaan secara fisik untuk melahirkan buah hatinya, saya juga merasakan ‘penderitaan’ lain selama satu (1) minggu lamanya. Kalau teman saya menemani istrinya, saya ditemani keponakan sulung yang terbiasa menginap di rumah saya selama waktu libur sekolahnya. Selama malam-malam itu, saya berjuang merevisi tulisan yang sudah saya bentuk sebelumnya. Membaca ulang, memikirkan bagaimana bagusnya, dan mengubah bagian-bagian yang tidak memuaskan; terus menerus dilakukan sampai dini hari, dan dilanjutkan lagi siang harinya.
     Siang ini, sembari merenungkan kedua momen membahagiakan ini, saya membagikannya kepada seorang teman wanita kami yang lain, dengan sebuah postingan singkat di akun WA miliknya. Dia membalas ‘kalian emang cucok’
     Tuhan emang bekerja dengan rencana dan kehendak-Nya sendiri yang sering tidak kita pahami; dan terlebih, Dia suka memberikan kita kejutan-kejutan hidup kecil yang tanpa kita duga sebelumnya loh.
Selamat menjalani tahun 2019 dengan kehidupan dan harapan yang baru...
Terima kasih telah membaca cerita sharing sederhana yang disempurnakan oleh Tuhan sendiri ini.
Kiranya Tuhan senantiasa memberi berkat dan perlindungan kepada kita semua beserta keluarga kita masing-masing.

Salam Penulis,

NN

[RENUNGAN] Menjaga Iman di Masa Pandemic

Tanpa PSBB Ketat, ICU RS Corona di Jakarta Diprediksi Penuh 15 September. (Line Today) Mulai Senin Depan Perkantoran di Jakarta Wajib Full W...