Sabtu, 15 Desember 2018

[SHARING IMAN] Siapa Aku?

Siapa Aku?


Hidupku mungkin tidak bisa dijadikan rangkaian cerita yang cukup menarik untuk dibaca karena bukan sesuatu yg begitu “Wah” apalagi istimewa.
 Aku lahir dari orangtua beda benua, beda keyakinan, beda usia, dan segudang perbedaan. Hingga umurku 10 tahun aku tak pernah tahu seperti apakah itu seorang papa, sosok bagaimanakah seorang papa itu, namun hal itu tidak membuatku tumbuh jadi seorang pemurung atau pasif, aku tak kekurangan perhatian dan kasih sayang dari orang2 yang ada di sekelilingku, bahkan aku belajar tentang cinta dan mencintai tanpa pamrih dari kedua orangtuaku, aku bangga pada kesabaran & kesetiaan mereka yang tak pernah pudar walau dipisah jarak dan waktu.
Pada rentang umur mudaku, aku adalah penganut "multi" agama, aku suka ikut mamaku yang Budha waktu itu jika ada perayaan-perayaan, dan aku juga sering ikut teman2 kecilku di setiap minggu berkumpul di tempat yang mereka panggil gereja. 
Hari ultahku yang ke 10 adalah hari dimana aku bertemu dengan sosok papa yang dari lahir cuma kukenal lewat pigura foto perkawinan orangtuaku. Papa ingin kami berkumpul sebagai satu keluarga lalu yang aku ingat setelah pro dan kontra alot dari keluarga mamaku adalah, aku ada dibelahan benua lain yang sangat asing. “Tadaaa” hari-hariku berubah.
Suatu minggu tetangga kami dibelahan benua yang baru aku kenal, mengajakku ke tempat yang mereka panggil gereja, semua tampak berbeda, namun ketika aku berdiri di depan pintunya yang besar, entah mengapa rasanya seperti pulang ke rumah.
Berdiri dari depan pintu besarnya aku dapat melihat sebuah meja dari batu yang lebar kokoh diselimuti kain putih berenda cantik dan dihiasi 2 buah lilin putih berukuran sederhana di sudut-sudutnya, sementara di belakangnya ada sebuah lemari kecil yang ditemani lampu kecil menyala seperti pelita & diatasnya ada salib tinggi menjulang yang juga dulu sering aku lihat di gereja tempat aku berkumpul dgn teman2ku.
Hanya saja salib yang ini berbeda karena ada figur seseorang yang tepatri di depan salib, figur yg terlihat sengsara dengan paku tertancap di kaki & tangannya, ada mahkota duri dikepalanya yang berdarah & luka di tubuhnya yg terlihat sangat  menyakitkan, namun di raut wajahnya dengan mata terpejam itu entah mengapa terlihat begitu damai, menyejukkan hati seolah-olah semua itu bukan sesuatu yang berat, bukan sesuatu yang menyedihkan.
 Selain salib itu ada beberapa patung disana seperti patung-patung di tempat mama selalu mengajakku, hanya bedanya disini patungnya tdk banyak dan sepertinya patung itu dalam figur wanita.
Ada patung seorang wanita berdiri dengan tangan dikatup rata 10 jarinya, ada mahkota bintang-bintang dikepalanya, sebuah kalung panjang dari jalinan manik-manik bulat ditangannya & bunga mawar dikakinya.
Lalu di sisi lainnya ada sebuah patung lagi yang dipahat  membentuk seorang wanita yang merentangkan tangannya seperti seorang ibu hendak memeluk anaknya tanpa mahkota dengan kakinya menginjak kepala seekor ular. Selain itu ada foto seperti lukisan yang tertempel di bingkai besar gambar wanita bermahkota sedang menggendong seorang anak kecil.
Bangunan yang disebut gereja ini sungguh berbeda dari yang tempat yg sering kudatangi bersama teman-temanku di tempat dahulu. Orang-orang yg datang mencelupkan jarinya di air yg tersedia dalam mangkok kecil di samping pintu sedikit berlutut dan membuat tanda dari kepala ke dada dan ke kedua bahu, semua ini sungguh baru buatku tapi tidak tahu mengapa rasanya tidak asing, seperti pulang ke rumah.
Tetanggaku mengatakan bahwa ini adalah Gereja Katolik dan perjalanan imanku dimulai dari hari itu, ketika aku berdiri di depan pintu Gereja Katolik dengan perasaan tak asing dan rasa seperti “I am Home”.
Apakah setelah itu hidupku dari seorang anak kecil di belahan benua asing menjadi lebih mudah? Akan kujawab tidak, nanti jika ada lain kesempatan akan kuceritakan. Namun yang pasti seiring waktu aku tahu yang perlu aku lakukan adalah percaya saja padaNYA segala seuatu selalu indah pada waktuNYA.

“Be Gratefull, for today’s problem is enough for a day, tomorrow have its own blessing”



Sekadar cerita dari,

Selvestra 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

[RENUNGAN] Menjaga Iman di Masa Pandemic

Tanpa PSBB Ketat, ICU RS Corona di Jakarta Diprediksi Penuh 15 September. (Line Today) Mulai Senin Depan Perkantoran di Jakarta Wajib Full W...